Rabu, 25 Mei 2011

ILMUKU ADALAH PERTANYAANKU II

Perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika oleh Dr. Marsigit, MA.


Dalam kehidupan ini segala sesuatunya telah diciptakan oleh Tuhan secara seimbang. Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa setiap tesis pasti mempunyai anti-tesisnya masing-masing.
Dalam Ontologi
• Ada ontology > < tidak ada ontologi
• Intensif > < tidak intensif
Kita telah mengerti arti kata intensif, yaitu berpikir sedalam-dalamnya. Dalam berfilsafat sangat dibutuhkan pemikiran yang intensif. Namun sebagaimana kita ketahui bahwa intensif juga mempunyai anti-tesis yaitu tidak intensif.
• Ekstensif > < tidak ekstensif
Selain berpikir intensif kita juga harus berpikir secara ekstensif yaitu berpikir seluas-luasnya. Jika kita hanya berpikir intensif atau ekstensif saja maka baru separo dunia yang kita ketahui. Ekstensif memiliki anti-tesis yaitu tidak ekstensif.
Dalam aksiologi
• Baik > • Etik > Dalam kehidupan ini selalu diwarnai segala perbuatan, mana yang baik mana yang tidka baik, mana yang sesuai etika dan mana yang tidak sesuai etika. Kedua hal itu hanya merupakan sedikit contoh tesis dan antitesisnya dalam aksiologi.
Dalam Epistemologi
• Ada sumber > < tidak ada sumber
• Benar > < salah
• Subyek > < predikat
• Vital > < fatal
• Logos > < mitos
• Filsafat > < Penerapan
• Subyek > < obyek
• "Bejo" > < "ciloko"
Jika dalam Matematika kita sering menemui adanya 2 dimensi (x1, x2), dan dimensi tiga (x1, x2, x3), maka dalam kehidupan yang telah, sedang dan akan kita jalani terdiri dari n dimensi (x1, x2, x3, ..., xn). Dan jika hal itu kita bicarakan dalam lingkup filsafat, maka n-dimensi itulah segala obyek yang ada dan yang mungkin ada.

Forum Tanya-jawab
1. Pertanyaan dari Desy Furidaniyah
Seberapa jauhkah masa lalu itu akan mempengaruhi masa yang akan datang?
Masa lalu itu akan sangat penting dalam menentukan masa yang akan datang. Tak akan ada masa sekarang tanpa ada masa lalu. Tetapi bagi kaum foundamentalis atau foundationalist, masa lalu tidaklah penting karena mereka sendirilah yang menentukan titik awal, mereka sendiri yang menetapkan start dan mereka tidak menganggap penting adanya masa lalu.

2. Pertanyaan dari Ilyas Ramdhani
Apa yang membedakan antara Vital dan Fatal?
Sebenarnya dalam diri kita itu sendiri terdapat unsur fatal dan unsur vital. Seperti yang telah kita pelajari di pertemuan sebelum-sebelumnya, fatalisme berarti kita hanya berpasrah pada takdir saja, tanpa ada usaha sedikitpun yang kita lakukan. Sedangkan Vitalisme berarti kita selalu berusaha untuk mencapai apa yang kita inginkan seoptimal yang mampu kita lakukan, dan pada akhirnya kita tetap berpasrah kepada Tuhan mengenai hasil yang akan kita peroleh. Sebenarnya fatalisme itu tidaklah baik untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, karena bagaimanapun juga untuk mencapai apa yang kita inginkan harus disertai doa dan usaha.

3. Pertanyaan dari Margaretha Putrining Tyas
Keselarasan dengan alam itu adalah dunia anda masing-masing. Dunia yang kita jalani adalah dunia kita, interaksi antara pikiran, doa dan alam. Dan semua itu mempunyai dimensi, yaitu material, formal, normatif, dan spiritual. Dalam memikirkan segala sesuatu sebaiknya kita memang memikirkannya secara intensif dan secara ekstensif.

4. Pertanyaan dari Siti Kuryati
Bagaimana kita mengetahui siapa jodoh kita?
Jangankan kita sebagai manusia biasa, bahkan para nabi pun yang merupakan manusia-manusia pilihan Tuhan tidak mengetahui siapa jodohnya, karena semua itu merupakan Kuasa Tuhan. Seperti pendapat Protinus bahwa sesunggunhnya segala sesuatu itu adalah kuasa Tuhan. Dan itulah yang mengakibatkan kita bergerak secara fatal maupun vital.

5. Apa akibat jika kita hanya berfikir secar intensif saja?
Sepertiyang telah kita ketahui bahwa berpikir intensif berarti berpikir sedlam-dalamnya, sedangkan berpikir ekstensif berarti berpikir seluas-luasnya. Sekarang jika kita hanya berpikir secara intensif saja maka yang baru kita dapatkan hanyalah separo dunia saja. Sedangkan separo dunia yang lain belum mapu untuk kita kuasai.

6. Bagaimana Agama itu dihubungkan dengan budaya?
Dalam setiap agama, baik Islam, Katholik, Kristen, Hindu, maupun Budha pastilah terkandung beberapa budaya yang telah diatur dalam agama tersebut. Karena sesungguhnya agama itu telah mengatur semuanya yang ada dalam kehidupan, baik kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Semua agama tanpa terkecuali. Dan karena budaya itu meruapakan salah satu unsur dari kehidupan dunia, maka agama pun telah mengaturnya. Pada zaman dahulu budaya digunakan para pemuka agama untuk mengenalkan dan untuk lebih mendekatkan agama itu sendiri kepada orang lain. Dan sampai sekarang budaya tersebut masih dapat kita rasakan dan dapat kita nikmati.

7. Pertanyaan dari Aan Hendroanto
Bagaimana caranya mengajak agar teman kita tidak mencontek?
Kita sebagai mahasiswa memang sulit jika ingin melakukan hal demikian yaitu mengajak teman kita untuk tidak mencontek. Karena sesungguhny semua itu terlahir dari hati nurani kita masing-masing. Untuk itu, unsur pemaksaan tidak akan berhasil. Kita lihat diri kita sendiri, apakah kita memang sudah pantas untuk menjadi tauladan teman-teman kita? Jadi hal yang paling penting di sini adalah sebaiknya kita merefleksikan diri terlebih dahulu dan kemudian berusaha sebisa mungkin untuk menadi contoh bagi teman-teman kita. Dengan demikian, kita berdoa semoga teman-teman kita bisa terbuka hati nuraninya untuk mengarah ke arah yang lebih baik.

8. Bagaimana menghilangkan penilaian secara subyektif?
Dalam hal demikian kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang akan dinilai, dan siapa yang akan menilai. Karena memang itulah dunia dalam penilaian.

9. Bagaimana supaya kita selalu dekat dengan keberuntungan?
Keberuntungan setiap orang itu berbeda. Keberuntungan bagi orang satu belum tentu keberuntungan bagi orang lain begitu pula sebaliknya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari sisi ontologis, epistemologis, dan aksiologisnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar